Penyakit TBC Jadi Perbincangan Hangat Komisi IV DPRD Sumenep Beri Perhatian Khusus

banner 728x90

Kabareskrim. Net || Sumenep

Jadi perbincangan hangat di Kabupaten Sumenep terkait maraknya penyakit yang dianggap Aib oleh sebagian masyarakat .

Bacaan Lainnya

Terkait persoalan tersebut Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep Virzannida Busyro, memberikan atensi khusus maraknya kasus tuberkulosis (TBC) yang terjadi beberapa bulan terakhir di Kabupaten Sumenep.

Ia menegaskan TBC bukanlah momok menakutkan, apalagi aib yang harus ditutupi, melainkan penyakit yang bisa disembuhkan jika segera ditangani.

Maka dari itu, dirinya mengajak masyarakat untuk tidak takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat, jika mengalami gejala yang mengarah pada penyakit TBC.

“Kalau ada batuk berdahak lebih dari dua minggu, berat badan turun, nafsu makan menurun, dan sering berkeringat di malam hari, saya sarankan segera screening ke puskesmas atau klinik terdekat,” tegasnya kepada media, Jumat (11 April 2025).

Menurut politisi PKB berlatar dokter ini, stigma terhadap TBC justru memperparah penyebaran penyakit. Padahal, TBC merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang adekuat dan pendampingan yang tepat.

Dokter Virzan menambahkan, jika penderita TBC tidak segera ditangani, maka risiko penularannya sangat tinggi. Sehingga tak hanya membahayakan penderita, namun juga mengancam kesehatan orang-orang di sekitarnya.

“Anda tidak hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga membunuh perlahan orang-orang di sekitar karena penularannya sangat mudah,” jelasnya.

Selain itu, Komisi IV DPRD Sumenep yang membidangi kesehatan tersebut, juga terus mendorong upaya pencegahan dan pengobatan TBC di Sumenep, termasuk mendukung program imunisasi wajib bagi anak-anak.

“Salah satunya imunisasi BCG yang harus diberikan sejak dini agar anak memiliki daya tahan tubuh terhadap TBC,” tambahnya.

Kendati demikian, dokter Virzan menilai bahwa dua tahun terakhir, Dinas Kesehatan Sumenep bersama puskesmas telah menunjukkan upaya maksimal dalam skrining dan penanganan kasus TBC.

“Kalau sekarang banyak kasus ditemukan, itu tandanya kader-kader anti TBC kita bekerja. Mereka berhasil menjaring dan mengedukasi warga,” ujarnya.

Ia menambahkan, Program Kader Anti TBC merupakan salah satu strategi penting dalam penanganan penyakit ini di akar rumput. Para kader melakukan pendekatan langsung ke masyarakat untuk mendeteksi dan mendampingi pasien.

Namun, ia kembali mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat juga menjadi salah satu kunci utama dalam memutus rantai penularan.

“Setelah ditemukan, pasien harus diberi pendampingan khusus dan minum obat sampai sembuh total. Tidak boleh berhenti di tengah jalan,” tutupnya.

Untuk diketahui, penyakit TBC kembali menjadi ancaman serius di Kabupaten Sumenep. Hingga April 2025, Dinas Kesehatan P2KB setempat mencatat sebanyak 551 kasus TBC tersebar di berbagai wilayah, dengan 7 kasus di antaranya menyerang anak-anak.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumenep Achmad Syamsuri mengungkapkan, bahwa seluruh pasien tercatat sedang menjalani pengobatan aktif. Evaluasi terhadap tingkat kesembuhan, kata dia akan dilakukan pada bulan keenam pengobatan, yaitu sekitar Juni hingga Juli 2025.

“Angka ini berdasarkan laporan pasien yang menjalani perawatan. Kami terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan setiap pasien,” ujarnya saat dikonfirmasi.

Dirinya memaparkan, dari total kasus tersebut, 524 pasien merupakan orang dewasa sementara sisanya adalah anak-anak. Kondisi itu, sebut Syamsuri tentu memicu kekhawatiran lantaran penularan TBC sangat mudah terjadi di lingkungan padat penduduk dengan ventilasi buruk.

Akan tetapi Dinkes P2KB juga meminta masyarakat untuk tidak mendiskriminasi penderita TBC, karena stigma negatif kerap menjadi penghalang utama kesembuhan pasien.

“Dukungan keluarga dan lingkungan sangat penting. Jangan ada pengucilan, karena ini bukan aib, tapi penyakit yang bisa disembuhkan,” ujarnya.

Dia menerangkan, gejala TBC antara lain batuk lebih dari satu minggu, demam tak menentu, dan tubuh lemas. Lebih lanjut, pihaknya meminta masyarakat agar tidak menyepelekan gejala ini dan segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat.

Selama masa pengobatan, seluruh pasien TBC mendapatkan obat secara gratis. Pengobatan dilakukan selama enam bulan penuh dan harus dijalani secara rutin hingga tuntas.

“Petugas di seluruh puskesmas sudah kami bekali pelatihan khusus untuk menangani TBC. Kami minta masyarakat proaktif,” pungkasnya.

Sampai berita ini dirilis dinkes terus lakukan sosialisasi dan pemahaman terhadap masyarakat. (AJ)

Pos terkait

banner 728x90